Bahas Wahyu Memandu Ilmu, Unisa Hadirkan Prof. Nanat

Oleh
Team Unisa
/
18 March 2021
News Image

UNISA, - Sekolah Pascasarjana Unisa Bersama Pusat Studi Pengembangan Mutu Pendidikan (PUSPAMDIK) menggelar Stadium General. Kegiatan yang menghadikan Prof. Dr. H. Nanat Fatah Nasir, MS tersebut dimulai sejak pukul 09.00 WIB secara daring. Mengangkat tema dialog Paradigma Epistemologi Keilmuan Berbasis Wahyu Memandu Ilmu (WMI), kegiatan dipandu langsung oleh Direktur PUSPAMDIK Dr. Iman Subasman, M.Si yang sekaligus merupakan Kaprodi Pascasarjana PAI Unisa Kuningan.

Dalam penyampaian materinya, mula-mula Prof. Nanat menerangkan bahwa landasan kewahyuan tertuang dalam QS. Ali Imron ayat 190-191, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang[1]orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” terangnya.

Selain itu, ihwal kewahyuan, menurutnya tertuang pula dalam QS. Al-Anbiya ayat 30, QS. Adz-Dzariyat ayat 47, QS. Al-Baqarah ayat 30, QS. Hud ayat 61, QS. Al-An’am ayat 162-163. Selanjutnya, ia menerangkan Penciptaan Alam Semesta; Proses Penciptaan Manusia; Potensi Madu sebagai Obat; Efek Pengalaman Dzikir terhadap Ketenangan Perasaan Manusia (Ketenangan Jiwa); Efek Puasa terhadap Kesehatan; Epistemologi Semut; Kritik Para Ilmuwan terhadap Ilmu Barat Sekuler; Kritik Richard Tarnas tentang Pengindaraan terhadap Sains Modern; dan Paradigman Keilmuan Berbasis Wahyu Memandu Ilmu.

“Wahyu memandu ilmu itu maksudnya, Wahyu membimbing, menunjukan dan mengarahkan ilmu, baik dalam ontologi, epistimologi maupun aksiologi; Pengembangan ilmu tidak bertentangan dengan wahyu atau dengan kata lain, ilmu dikembangkan sejalan dengan wahyu, baik dalam ontologi, epistimologi maupun aksiologi,” jelasnya.

Lebih lanjut Prof. Nanat menyampaikan bahwa wahyu memandu ilmu pun dapat dihayati sebagai pngembangan ilmu bernafaskan wahyu, baik dalam ontologi, epistimologi maupun aksiologi; Jadi, wahyu memandu ilmu adalah pemanduan, pembimbingan, atau pengujian ilmu oleh Al-Quran dan Al[1]Hadist dalam ontologi, epistimologi dan aksiolog.

“Beberapa prinsip-prinsip dasar konsep wahyu memandu ilmu diantaranya adalah tauhid sebagai landasan pokok pengembangan keilmuan; ayat-ayat Quraniyah dan Kauniyah sebagai sumber ilmu; Wahyu dan akal pada hakekatnya tidak bertentangan; menolak pandangan dikhotomis terhadap ilmu; penolakan terhadap klaim yang menyatakan ilmu sebagai sesuatu yang bebas nilai (Values Free); ilmu sebagai sarana ibadah kepada Allah; berorientasi kepada kemaslahatan”, jelasnya.

Menurutnya, premis-premis tersebut dapat dijadikan pijakan atau landasan filosofis dalam menghadapi paradigma keimuan konvensional yang mekanistik, positivistic, materialistic; dan sekularistik.***(HUMAS).

Punya pertanyaan seputar UNISA?

Logo
UNIVERSITAS ISLAM AL-IHYA KUNINGAN
Copyright © 2024 UNISA. All rights reserved.
Home Profil Akademik PMB Berita Layanan